Kategori

Senin, 05 Mei 2014

Pengaruh Ligan Terhadap Warna Ion Kompleks






BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang

Salah satu sifat unsur transisi adalah memiliki kecenderungan membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks.

Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut dengan ligan. Ikatan antara ion pusat dengan ligan disebut dengan ikatan koordinasi dan banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dengan ligan tersebut disebut dengan bilangan koordinasi.

Ion pusat merupakan ion unsur transisi yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat. Ligan ada yang bersifat netral, dan negatif. Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan ion pusat dikenal sebagai atom donor. Berdasarkan banyak atom donor yang ada, ligan digolongkan sebagai monodentat, bidentat dan polidentat. Ligan monodentat merupakan ligan yang memiliki satu atom didalamnya. Sebagai contoh yaitu ligan H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat.
Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebabkan adanya subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion kompleks yang memiliki elektron yang tidak berpasangan pada diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion kompleks yang memiliki elektron berpasangan pada diagram pemisahannya bersifat diamagnetik dan dapat ditolak oleh medan magnet.

Sifat magnetik dari ion kompleks yang mengandung ligan monodentat ini tergantung dari kuat lemahnya ligan yang terdapat dalam ion kompleks tersebut. Kuat lemahnya ligan ini ditentukan dari jenis ligannya yang diurutkan berdasarkan deret spektrokimianya. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan kemampuannya membelah tingkat energi orbital d kecil ke besar.

Berdasarkan hal tersebut maka pada makalah ini akan diuraikan mengenai sifat magnetik dari ion kompleks dan pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks.


1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.         Apa yang di maskud dengan Senyawa kompleks ?
2.         Bagimana Jenis – jenis ligan ?
3.         Bagaimana Kekuatan Medan Ligan ?
4.         Bagaimana Pembuatan dan Reaksi Senyawa Kompleks ?
5.         Bagaimana Kesetimbangan dan Warna Kelarutan Ion Kompleks?
6.         Bagaimana Geometri Senyawa Kompleks ?
7.         Apa saja kegunaan Senyawa Kompleks



1.3  Tujuan makalah

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:

1.         Untuk mengetahui tentang Senyawa kompleks
2           Untuk mengetahui Jenis – jenis ligan
3           Untuk mengetahui Kekuatan Medan Ligan
4           Untuk mengetahui Pembuatan dan Reaksi Senyawa Kompleks
5           Untuk mengetahui Kesetimbangan dan Warna Kelarutan Ion Kompleks
6           Untuk mengetahui Geometri Senyawa Kompleks
7           Untuk mengetahui Senyawa Kompleks
























BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Senyawa kompleks

Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau  anion tertentu membentuk ion kompleks

Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.

Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.  Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi.  Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam.  Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral.  Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.

Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau dentitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Pembentukan senyawa kompleks memerlukan dua jenis spesi :
1.   Ion atau molekul yang sekurang – kurangnya mempunyai satu pasang elektron bebas yang memadai untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi.
2.   Ion logam atau atom yang mempunyai daya – tarik memadai terhadap elektron untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan gugus yang diikatnya.

Ion logam atau atom dalam senyawa kompleks dinamakan ion logam pusat atau atom pusat, gugus yang diikat dinamakan ligan. Ligan dapat berupa ion atau molekul netral. Dalam ligan, atom yang menempel langsung pada logam melalui ikatan kovalen koordinasi dinamakan atom donor. Spesi koordinasi biasanya kumpulan atom dalam kurung persegi di dalam rumus meliputi ion logam pusat plus ligan yang terikat. Bilangan koordinasi logam pusat adalah jumlah pasangan elektron yang diterima atom pusat.

·         Bilangan koordinasi 2, salah satu bilangan koordinasi 2 yang terkenal adalah [Ag(NH3)2]+ , ion yang terbentuk bila senyawaan – senyawaan perak diolah dengan amonia.
·         Bilangan koordinasi 3, contoh bilangan koordinasi 3 sangat langka sekali. Satu – satunya yang sederhana untuk logam transisi yang dikenal orang adalah anion [HgI3]- .
·         Bilangan koordinasi 4, empat merupakan bilangan koordinasi yang umum dari beberapa atom dan ion logam transisi. Contohnya adalah Li(H2O)4+ , BeF4- ,BF44- , dan sebagainya.
·         Bilangan koordinasi 5, contoh bilangan koordinasi 5 adalah langka, tetapi tidak begitu luar biasa seperti bilangan koordinasi 3. Contoh sederhana adalah besi pentakarbonil (Fe(CO)5).
·         Bilangan koordinasi 6, bilangan koordinasi ini sangat penting karena hampir semua kation membentuk kompleks koordinasi 6.
·         Bilangan koordinasi yang lebih tinggi, bilangan koordinasi 7, 8, dan 9 tidak sering ditemui untuk beberapa kation yang lebih besar. Kompleks dengan bilangan koordinasi yang lebih tinggi, merupakan ciri khas dari segi stereokimia tidak kaku


2.2  Jenis – jenis ligan

Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa yang umum adalah F- , Cl- , Br- , CN- , NH3 , H2O, CH3OH, dan OH- . Ligan seperti ini, bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan monodentat (ligan bergigi satu).
    
Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing – masing secara serempak membentuk ikatan dua donor – elektron kepada ion logam yang sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan khelat (dari bahasa Latin untuk kuku atau cakar). Karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom donor. Yang termasuk ligan ini adalah ligan tri – , kuadri – , penta – , dan heksadentat. Contoh dari ligan tridentat adalah dietilen triamin.

Selain itu ada pula yang disebut ligan bidentat, ligan ini yang paling terkenal di antara ligan polidentat. Ligan bidentat yang netral termasuk diantaranya anion diamin, diofsin, dieter, dan β-ketoenolat, dan yang paling terkenal adalah etilendiamin, difos, dan glim.



Ion unsur transisi dapat mengikat molekul-molekul atau ion-ion yang memiliki pasangan elektron tak berikatan (ligan) dengan ikatan kovalen koordinasi yang membentuk ion kompleks. Ion kompleks adalah gabungan ion (atom pusat) dengan ion atau molekul lain (ligan) membentuk ion baru.

Berdasarkan ligan yang diikat oleh atom pusat dalam ion kompleks, maka ada dua macam ion kompleks:
1.    Ion kompleks positif : terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan dengan ligan yang merupakan molekul netral, sehingga ion kompleks yang terbentuk bermuatan positif.
2.    Ion kompleks negatif : terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan dengan ligan yang merupakan ion negatif.

Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat) dengan ligan. Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang berbeda berinteraksi langsung dengan atom pusat/ion logam, maka akan mendapatkan pengaruh medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya.

Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron pada orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi energinya. Dengan menyerap cahaya yang energinya sama.

Suatu larutan memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari komponen cahaya tampak. Makin kecil panjang gelombang cahaya yang diserap (makin besar energinya) maka makin besar harga absorbansinya atau makin kuat ikatan antara ion logam dan ligan. Ditinjau dari muatan ligannya, maka ion logam dengan muatan yang lebih besar akan menghasilkan harga absorbansi yang lebih besar pula karena lebih mudah mempolarisasikan elektron yang terdapat dalam ligan.


2.4 Pembuatan dan Reaksi Senyawa Kompleks

Senyawa – senyawa kompleks dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1.    Kompleks Werner, yaitu kompleks yang tidak berisi ikatan logam karbon dan kompleks sianida.
2.    Kompleks logam karbonil atau senyawa organometalik, yaitu kompleks yang paling sedikit berisi satu ikatan karbon.

Senyawa – senyawa kompleks golongan (2) tidak mempunyai sifat garam seperti golongan (1) dan biasanya bersifat kovalen. Zat ini umumnya larut dalam pelarut – pelarut non – polar, mempunyai titik lebur dan titik didih rendah. Untuk membuat senyawa – senyawa kompleks, pertama harus diingat bahwa hasilnya harus cukup banyak, kemudian harus ada cara yang baik untuk mengisolasi hasil tersebut.

Cara – cara isolasi untuk golongan (1) antara lain :
1.   Penguapan pelarut dan pendinginan larutan yang pekat dalam campuran pendingin es – garam. Kristalisasi dapat dipercepat dengan penambahan sedikit kristal senyawa yang bersangkutan dan dengan mengggores dinding bejana bagian dalam.
2.   Penambahan pelarut yang bercampur dengan pelarut semula, tetapi tidak melarutkan zat yang terlarut. Pendinginan, penambahan kristal zat terlarut dan penggoresan dinding bejana bagian dalam dapat mempercepat kristalisasi.
3.   Bila kompleksnya berupa kation ke dalam larutan dapat ditambahkan anion yang dapat menyebabkan terjadinya endapan. Demikian pula bila kompleksnya berupa anion, dapat ditambahkan ion logam yang menyebabkan terjadinya endapan.
     
Senyawa – senyawa kompleks golongan (2) juga dapat diisolasikan dengan cara – cara di atas. Dapat pula diisolasikan dengan cara – cara destilasi, sublimasi, dan proses kromatografi.

1.Kompleks Werner

a.  Reaksi substitusi dalam larutan air
Cara ini merupakan cara yang terpenting, reaksinya terjadi antara larutan garam logam di dalam air dengan pereaksi koordinasi.

b.  Reaksi substitusi dalam larutan bukan air
Penggunaan pelarut – pelarut bukan air tidak banyak dilakukan. Cara ini hanya dilakukan bila :
1.  Ion logam mempunyai afinitas besar terhadap air.
2.  Ligan yang dipakai tidak larut dalam air.

Ion – ion yang mempunyai afinitas besar terhadap air dan membentuk ikatan logam – oksigen yang kuat ialah Al3+ , Fe3+ , dan Cr3+ . Penambahan ligan yang bersifat basis tidak membentuk kompleks, tetapi endapan basa yang gelatinous. Dalam hal ini hidrat dari ion di atas bersifat sebagai asam protonik.

c.  Reaksi substitusi tanpa adanya pelarut
Reaksi antara garam anhidrous dan suatu ligan cair dapat dipakai untuk membuat kompleks logam. Dalam banyak hal, ligan cair yang jumlahnya berlebihan dapat berfungsi sebagai pelarut untuk campuran reaksi.
[Ni(NH3)6]Cl2 dapat dibuat dengan mereaksikan NiCl2 dengan NH3 cair dan menguapkan sisa NH3, yang mempunyai titik didih rendah  (-33◦C).
  NiCl2    +  NH3           [Ni(NH3)6]Cl2
                              Kuning            violet

d.  Reaksi oksidasi – reduksi
Senyawa – senyawa kobalt (III) kompleks selalu dibuat dari garam kobalt (II), sebab bilangan oksidasi kobalt biasanya (II). Kobalt (III) kompleks stabil bila mempunyai gugus koordinasi tertentu. Reaksi kobalt (II) dengan ligan cepat dan ini kemudian dapat dibuat kobalt (III) kompleks dengan jalan oksidasi. Pembentukan kompleks [Co(NH3)6] Cl3 terjadi secara bertahap.
[Co(H2O)6] Cl2 + 6NH3      [Co(NH3)6] Cl2 + 6H2O
*      [Co(NH3)6] Cl2 + 4NH3Cl + O2 →4[Co(NH3)6] Cl3 + 4NH3 + 2H2O


2. Kompleks Metal – karbonil dan Organometalik

Senyawa golongan ini yang pertama dikenal adalah biru Prusia : Fe [Fe2(CN)6]3 . senyawa karbonil Ni(CO)4 dan Fe(CO)3 dibuat oleh Mond (Prancis) pada tahun 1890. Sejak itu banyak senyawa – senyawa jenis ini telah dibuat, termasuk senyawa – senyawa golongan ini ialah :
1.   Senyawa – senyawa berisi alkil seperti : [(CO)5MnCH3].
2.   Senyawa – senyawa berisi ikatan aril seperti : [P { (C2H5)3 }2 Pt(C6H5)2].
3.   Senyawa – senyawa berisi ikatan antara logam – karbon.
4.   Senyawa – senyawa olefin.

Logam dalam senyawa ini biasanya mempunyai bilangan oksidasi sangat rendah. Pembuatannya biasanya dilakukan dalam pelarut bukan air seperti : diglime [(CH3OCH2CH2)2O], tetrahidrofuran dan dietil eter.


a.  Pembuatan Metal Karbonil

Mond mula – mula membuat zat ini dari gas CO dengan logam yang halus :
 Ni   +  4CO   Ni(CO)4
Tidak berwarna
2Co  +  8CO    Co2(CO)8

Dari nomor atom efektif dapat dijelaskan bahwa :
1.    Atom – atom dengan nomor atom genap membentuk karbonil – karbonil monomer seperti : Cr(CO)6 , Fe(CO)5 , Ni(CO)4 .
2.    Atom – atom dengan nomor atom ganjil membentuk karbonil – karbonil dimer, seperti : Mn2(CO)10 , Co2(CO)8 .


b.  Pembuatan Senyawa Logam Olefin

Pada tahun   1827 W.C. Zeise, ahli farmasi dari spanyol mendapatkan bahwa reaksi C2H4 dengan [PtCl4]2- dalam HCl encer menghasilkan senyawa yang berisi platina dan etilen dengan rumus :
                  [PtCl4]2-  +  C2H4            [PtCl3C2H4]-   +  Cl-
                              Orange
            2 [PtCl4]2-  +  2C2H4     [ Pt2Cl4 (C2H4)2]   +  4Cl-
                              Rose


c. Pembuatan Senyawa Senwich
         
Sejak tahun 1950 telah banyak dibuat senyawa – senyawa logam transisi, dimana atom logam terdapat sebagai “daging” di antara dua senyawa organik yang datar, seakan – akan berupa “roti slice” dalam molekul yang berbentuk “sandwich”. Senyawa yang paling stabil berisi anion siklopentadien (C5H5).



Salah satu sifat unsur transisi yang sangat menarik adalah kemampuannya untuk membentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat digunakan untuk mendemonstrasikan berbagai sifat fisik maupun kimia, seperti warna yang berkaitan dengan jenis logam, kelarutan, dan juga kesetimbangan ion dalam kompleks.

Logam transisi didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membentuk satu atau lebih ion stabil yang memiliki orbital d yang tidak terisi (incompletly filled d orbitals).

Ion kompleks memiliki ion logam pada atom pusatnya dengan jumlah tertentu molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilinginya. Ion-ion yang mengelilinginya itu dapat berdempet dengan ion pusat melalui ikatan kovalen koordinasi. Molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilingi logam pusat disebut ligan. Ligan memiliki pasangan elektron tak berikatan yang aktif pada tingkat energi paling luar. Pasangan elektron tak berikatan inilah yang digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam. Pelekatan ligan pada ion logam merupakan efek dari energi orbital-orbital d. Sinar yag diserap sebagai akibat dari perpindahan elektron diantara orbital d yang satu dengan yang lain.

Asal mula munculnya warna pada ion-ion logam transisi. Ketika sinar putih melewati larutan yang berisi dari salah satu ion tersebut, sinar putih direfleksikan oleh larutan tersebut. Beberapa warna dari sinar dapat diabsorpsi (diserap) oleh larutan. Warna yang dapat dilihat oleh mata adalah warna yang tertinggal (tidak diabsorpsi). Banyak senyawa kompleks memperlihatkan warna yang khas.

Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua orbital d, tetapi meraka tidak lagi memiliki energi yang sama.

Hampir semua senyawa – senyawa kompleks mempunyai warna – warna tertentu, karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible region. Sebab lebih lanjut ialah karena energi sinar di daerah tampak cocok untuk promosi elektron yang ada di orbital d, dari energi rendah ke energi tinggi. Besarnya energi untuk promosi, yaitu Δ, tergantung dari ion pusatnya dan tergantung dari jenis ligan. Karena itu, senyawa kompleks mempunyai warna berbeda – beda, misalnya [Ti(H2O)6]3+ berwarna ungu sedang [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda. Untuk suatu ion pusat warnanya berbeda bila ligannya berbeda, misalnya [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda, tetapi [Cu(NH3)4(H2O)]2+ berwarna biru tua.

Bila zat menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari sinar tampak, zat tersebut akan meneruskan warna komplemennya,  yang nampak pada mata kita sebagai warna. Bila zat menyerap semua warna dari sinar tampak, zat tersebut berwarna hitam. Sebaliknya bila zat sama sekali tidak menyerap warna dari sinar tampak, zat tersebut berwarna putih. Untuk suatu ion pusat, penggantian ligan dari ligan dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat, akan memberikan Δ yang semakin besar. Sinar yang diserap panjang gelombangnya semakin pendek.

Di bawah ini dituliskan deret spektrokimia, yaitu daftar – daftar ligan yang disusun berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan dari Δ yang kecil ke yang besar.
I< Br < S2– < SCN < Cl< NO3– < N3– < F  < OH  < C2O42– < H2O < NCS < CH3CN < py < NH3 < en < 2,2’-bipiridina < phen < NO2– < PPh3 < CN < CO


2.6 Geometri Senyawa Kompleks

Geometri senyawa kompleks bergantung pada bilangan koordinasi (jumlah ikatan koordinasi) dan tipe hibridisasi ion pusatnya. Senyawa kompleks dengan bilangan koordinasi 2 berbentuk linier, sedangkan yang mempunyai bilangan koordinasi 6 berbentuk oktahedron. Adapun senyawa kompleks yang mempunyai bilangan koordinasi 4 dapat berbentuk tetrahedron dapat pula berbentuk segiempat planar. Yang berbentuk tetrahedron mengalami hibridisasi sp3 , sedangkan yang berbentuk segiempat planar mengalami hibridisasi dsp2 .

Ikatan hibrida
Bentuk Geometri
Contoh
d2sp3
Oktahedral
[Fe(CN)6]3-
sp3d2
Oktahedral
[FeF6]3-
sp3
Tetrahedral
[Zn(NH3)4]2+
dsp3
Segiempat Planar
[Ni(CN)6]2-



2.7 Kegunaan Senyawa Kompleks

Banyak senyawa kompleks yang digunakan didasarkan pada warna, kelarutan atau perubahan perilaku kimiawi dari ion logam dan ligan ketika senyawa tersebut membentuk kompleks.

Klorofil yang merupakan pigmen hijau di dalam tanaman adalah senyawa kompleks yang mengandung magnesium. Tanaman berwarna hijau disebabkan klorofil menyerap cahaya kuning dan memantulkan warna komplemennya yaitu hijau. Energi yang diserap dari matahari digunakan untuk melakukan fotosintesis. Senyawa kompleks yang dipakai sebagai zat warna lain misalnya kompleks tembaga (II) Ftalosianin biru. Kompleks ini digunakan sebagai pigmen atau pencelup kain dalam industri tekstil pada tinta biru, blue jeans, dan cat biru tertentu.

Zat pengompleks tertentu sering digunakan untuk melunakkan air sadah sebab zat tersebut dapat mengikat ion – ion seperti Ca2+ , Mg2+ , dan Fe2+ yang menjadikan air bersifat sadah. Zat pengompleks yang dapat mengikat ion – ion logam juga digunakan sebagai obat – obatan. Ligan polidentat seperti enterobactin yang diisolasi dari bakteri tertentu digunakan untuk mengendalikan kadar besi dalam darah pasien yang memiliki penyakit seperti anemia Cooley. Obat anti kanker plationol seperti cis – [Pt(NH3)2Cl2] adalah senyawa kompleks platinum (II), merupakan zat aktif biologi dan dipercaya dapat memutuskan untai DNA, sehingga suka campur tangan pada pembelahan sel.


















BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat.
2.      Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa yang umum adalah F- , Cl- , Br- , CN- , NH3 , H2O, CH3OH, dan OH-
3.      Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang berbeda berinteraksi langsung dengan atom pusat/ion logam, maka akan mendapatkan pengaruh medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya.
4.      Suatu larutan memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari komponen cahaya tampak. Makin kecil panjang gelombang cahaya yang diserap (makin besar energinya) maka makin besar harga absorbansinya atau makin kuat ikatan antara ion logam dan ligan
5.      Senyawa – senyawa kompleks dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu Kompleks Werner, yaitu kompleks yang tidak berisi ikatan logam karbon dan kompleks sianida. Kompleks logam karbonil atau senyawa organometalik, yaitu kompleks yang paling sedikit berisi satu ikatan karbon.
6.      Senyawa – senyawa kompleks golongan (2) juga dapat pula diisolasikan dengan cara – cara destilasi, sublimasi, dan proses kromatografi.
7.      Hampir semua senyawa – senyawa kompleks mempunyai warna – warna tertentu, karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible region
8.      Bila zat menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari sinar tampak, zat tersebut akan meneruskan warna komplemennya,  yang nampak pada mata kita sebagai warna
9.      Geometri senyawa kompleks bergantung pada bilangan koordinasi (jumlah ikatan koordinasi) dan tipe hibridisasi ion pusatnya.
10.  Kegunaan senyawa kompleks antara lain yaitu untuk melunakkan air sadah, sebagai obat-obatan, untuk mengendalikan kadar besi dalam darah, dan obat anti  kanker akanker


3.2  Saran

Semoga makalah ini bermanfaat untuk memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan kita  sebagai pembaca yang haus  akan ilmu pendidikan. Marilah kita menjadikan diri yang kaya akan pendidikan agar menjadi insan-insan yang terdidik, berbudi pekerti yang baik serta  bermoral yang berpegang teguh pada agama masing-masing.















DAFTAR PUSTAKA


Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Cotton, F. Albert dan Wilkinson, Geoffrey. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press

Kirna, I Made dan I Nyoman suardana. 2004. Ikatan Kimia. Singaraja: IKIP negeri Singaraja

Polling, C. dan Tjokrodanoerdjo, Harsono. 1986. Ilmu Kimia Jilid II B Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar